Kesan pertama saat berkunjung di beberapa pondok pesantren didaerah pedesaan, antara kesederhanaan dan kemiskinan seolah tidak ada bedanya. Keadaan itu menjadikan banyak orang berfikir, mustahil mereka (santri pesantren di pedesaan) akan siap menghadapi jaman yang sedang mengglobal ini. Betapa tidak, dalam hingar-bingar dan hiruk-pikuk manusia yang serba modern dengan kecanggihan teknologi terkini di kota-kota besar, para santri justru berasyik-ria dalam lingkungan yang tidak lagi lebar dan luas. Mereka asyik memasak sambil menghafal. Mereka asyik menyimak dalam pengajian di ruang-ruang yang umurnya tak lagi muda. Dengan kesederhanaan dalam hidup keseharian seolah mereka tidak menggubris perkembangan teknologi yang ada. Setidaknya demikianlah beberapa potret pesantren yang masih menjaga betul iklim dan tradisi lama yang telah mengakar, pesantren ini oleh banyak kalangan disebut pesantren tradisional.
Gambaran itu berbeda, ketika kita melihat beberapa pesantren yang lain masa ini, mereka (para santri) menikmati majlis musyawarah penuh semangat, dihadapanya terdapat seperangkat computer dengan LCD proyektor serta berbagai macam literature dan kitab kuning digital. Disisi lain mereka mendapatkan berbagai informasi terbaru baik nasional maupun internasional dengan berselancar dalam dunia internet. Inilah dua potret pesantren, memiliki karakteristik tersendiri, walau unsur-unsurnya sama. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren mempunyai tujuan yang sangat komplek, meski berbeda dalam proses implementasinya.
Tujuan Pendidikan Pesantren
Tujuan pendidikan pesantren, menurut Kiai Sahal (baca: Pesantren Mencari Makna) adalah menyiapkan atau membentuk manusia yang “akram” dan “shaleh”, dengan pengertian yang luas. Akram dalam pengertian bahwa ia lebih taqwa dan berdisiplin yang kuat di dalam melakukan ibadah secara luas, dimana ibadah itu merupakan tugas manusia yang pertama sebagai khalifah Allah. Sedangkan arti Shalih ialah yang mampu mewarisi (mengatur, mengelola, dan megembangkan) bumi ini sebagai implementasi dari tugas manusia yang kedua yaitu imaratul ardli.
Pendapat beliau ini didasarkan pada keterangan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat 13:
Ini merupakan justifikasi dari aspek “akram” yang menjadi pendapat beliau (K.Sahal), kemudian pada aspek “shalih” K. Sahal merujuk pada ayat yang lain yaitu Al-Qur’an surat al-anbiya 105
dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Dari rumusan tujuan diatas menuntut formasi pendidikan pesantren tidak sekedar lembaga pendalaman pengetahuan keagaman semata sebagaimana yang dikira banyak orang meskipun dalam hal keagamaan menjadikan suatu prioritas utama, namun secara integratif telah nampak bahwa ilmu-ilmu umum secara intens juga di ajarkan dibanyak pesantren.
Pesantren dan Pengembangan Kurikulum
Dewasa ini dalam dunia pesantren telah banyak menunjukkan beberapa perubahan, utamanya dalam hal kurikulum. Dimana dengan memasukkan ilmu-ilmu umum di pesantren merupakan suatu tuntutan dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren serta tuntutan globalisasi yang mana mustahil untuk dihindari namun lebih tepat untuk menyikapi arus globalisasi terebut. Kombinasi kurikulum inilah melahirkan pendidikan formal misal SMP/MTS, SMA/MA dan lain sebagainya sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan pendidikan nasional. Walaupun pada dasarnya pesantren masih mempunyai otonomi bagi penentuan kebijakan terhadap sistem pendidikannya, namun hanya pada masalah-masalah yang prinsipil bagi misi pesantren.
Berdasar hal diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan yang ditempuh pesantren menunjukan sifat dan bentuk yang lain dengan pola pendidikan nasional. namun setidaknya sistem pendidikan pesantren juga merupakan integrasi yang partisipatif terhadap pendidikan nasional. Karena pola pendidikan nasional sebagaimana ditunjukan dalam UU Sisdiknas adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia. Sehingga kurikulum pendidikan pesantren adalah bentuk lain yang tidak bertentangan dengan pendidikan nasional.
Perubahan sub sistem pendidikan pesantren dalam hal ini lembaga yang muncul di dalamnya telah melahirkan perubahan-perubahan pada metode dan materi pengajarannya. Metode pangajaran telah banyak menempuh kurikulum kolaborasi antara yang agama dan non agama. Kurikulum campuran sebenarnya timbul dari tuntutan untuk mengembangakan ilmu pengetahuan umum yang merupakan kebutuhan nyata yang harus dipenuhi para alumni pesantren. Dari arah ini materi pengajaran juga ditambah dengan transfer dengan jenis-jenis ilmu pengetahuan baru ke dalam sistem pendidikan pesantren.
Berdasar pada lahirnya pengetahuan umum, pesantren dituntut untuk senantiasa meng-update metode pengajarannya sebagaimana banyak penawaran metode dari banyak pakar pendidikan serta hal-hal yang menunjang pengembangan pembelajaran melalui beberapa sarana misal sarana teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) atau information, communication and tegnology (ICT).
Memperhatikan hal tersebut seiring dengan kemajuan TIK, karena pesantren juga merupakan satu komunitas pembelajaran, pesantren dapat memanfaatkan TIK untuk memperluas cakupan dakwah dan pendidikan masyarakat. Di samping tentu saja dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan formalnya. Hal ini sangat mungkin dilakukan karena dari sisi sumberdaya manusia jelas sudah lengkap. Dalam arti, ada nara sumber (kyai dan ustadz), ada santri yang biasa mandiri, ada media interaksi, ada sarana dan prasarana pendidikan, dan manajemen pesantren. Karena di dunia nyata pesantren secara umum sudah berjalan dengan baik dan teratur, oleh karena itu sangat mungkin membawa pesantren nyata ke pesantren maya atau pesantren elektronik
Pesantren dan ICT/TIK
Berbica lebih lanjut tentang ICT/TIK dalam pendidikan termasuk pendidikan pesantren, mempunyai peran yang sangat besar, diantaranya menurut Dr. munir (http//munir.staf.upi.edu)peran TIK dalam pendidikan sebagai berikut :
1. TIK sebagai Keterampilan (skill) dan Kompetensi
2. TIK sebagai Infrastruktur Pendidikan
3. TIK sebagai Sumber Bahan Belajar
4. TIK sebagai Alat Bantu dan Fasilitas Pendidikan
5. TIK sebagai Pendukung Manajemen Pendidikan
Jadi sangat jelas sekali peran TIK dalam pendidikan sangat besar sekali.
Kemajuan TIK telah mendorong orang kreatif untuk merealisasikan dan memajukan gagasan atau ide secara efektif dan efisien, terutama bagi pengembangan pesantrennya. Terlihat dari banyaknya pesantren saat ini yang telah memasukkan ICT sebagai fasilatas penunjang dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler, mengaji atau pendidikan formal di madrasah, baik laborat bahasa, internet, multimedia dan lain sebagainya. Bahkan lebih dari itu, mempunyai website sebagai layanan informasi, refrensi maupun dakwah dengan cakupan yang lebih luas. Sebagaimana hasil penelitian departemen agama terhadap beberapa pesantren di jawa yang telah menggunakan ICT/TIK sebagaimana pengembangan lembaga dan pendidikannya; PP. Raudhatul Falah, Rembang, Jawa Tengah;PP. Hasyim AsyĆ¢ari, Jepara, Jawa Tengah;PP. Nurul Islam, Jember, Jawa Timur;PP. Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur; PP. Al-Mizan, Majalengka, Jawa Barat; PP. Miftahul Huda Al-Musri, Cianjur, Jawa Barat; PP. An-Nizhommiyah, Pandenglang, Banten; dan PP. Al-Kennaniyah, Jakarta Timur.
Kemajuan TIK/ICT yang lain, pada saat ini beberapa kelompok anak muda, yang (mungkin) tidak mempunyai pesantren nyata, telah berupaya membangun pesantren elektronik (e-pesantren), seperti pesantren indigo dan pesantren virtual. Ide dasar dari pesantren virtual adalah upaya membangun dan menumbuhkembangkan ide Islam dengan segala wacananya. Lahirnya Pesantren Virtual merupakan jawaban akan perlunya pengembangan sistem pendidikan pesantren di era digital dan informasi. Pesantren Virtual juga merupakan bukti bahwa sistem pesantren juga bisa ikut meramaikan era informasi dengan warna dan misi yang tidak berubah dari pondok pesantren (konvensional) yang ada. Dalam e-pesantren, seperti pada situs http://pesantrenvirtual.com/, terdapat juga program-program seperti dalam pesantren konvensional. Menu-menu seperti Konsultasi Ustadz, Dzikir dan Doa, Hikmah, Konsultasi, Tanya Jawab, Fiqih, dan kajian-kajian lainnya. Ini menunjukkan bahwa dengan TIK media dakwah atau syiar Islam dari para ustadz dan santri bisa bertambah. Setiap saat mereka akan berdakwah, tidak akan menemui masalah karena medianya semakin mudah. Memperhatikan karakteristik e-pesantren tersebut, jelas bahwa model ini sangat bermanfaat, baik bagi santri maupun tenaga pengajar (ustadz), bahkan juga bagi para pengelola pesantren. E-pesantren memungkinkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh semakin mudah dan terbuka.
Bagi santri jelas bahwa e-pesantren ini akan melatih dan meningkatkan kemandirian santri. Di samping itu, juga memberikan kemudahan bagi santri untuk mengakses materi belajar dari mana pun berada. Oleh karenanya, para santri dapat menghemat biaya dan waktu untuk tranportasi dari dan ke pondok pesantren. Tetapi yang jelas, keuntungan yang terpenting adalah bahwa para santri dapat belajar sesuai dengan kemampuannya tanpa perlu rasa minder atau malu dengan teman-teman lainnya, yang barang kali lebih cepat dan pandai dalam belajarnya. Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bagi santri dengan adanya model e-pesantren :
1. Membangun interaksi ketika santri melakukan diskusi secara on line.
2. Mengakomodasi perbedaan santri.
3. Santri dapat mengulang materi belajar yang sulit berkali-kali, sampai pemahaman diperoleh.
4. Kemudahan akses, kapan saja dan di mana saja.
5. Santri dapat belajar dalam suasana yang ‘bebas tanpa tekanan’, tidak malu untuk bertanya (secara on line).
6. Mereduksi waktu dan biaya perjalanan.
7. Mendorong santri untuk menelusuri informasi ke situs-situs pada world wide web.
8. Memungkinkan santri memilih target dan materi yang sesuai pada web.
9. Mengembangkan kemampuan teknis dalam menggunakan internet.
10. Mendorong santri untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya dan membangun self-knowledge dan self-confidence.
Sedangkan bagi para ustadz, e-pesantren juga memberikan banyak manfaat. Di antaranya yang terpenting adalah bahwa ia selalu dapat memberikan materi dan masalah-masalah yang up-to-date untuk dikaji kepada para santrinya. Keuntungan yang lain adalah :
1. Kemudahan akses kapan saja dan di mana saja
2. Mereduksi biaya perjalanan dan akomodasi pada program pelatihan.
3. Mendorong para ustadz mengakses sumber-sumber kajian yang up-to-date.
4. Memungkinkan para ustadz mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dalam cakupan wilayah yang lebih luas.
Bagi pengelola pesantren, e-pesantren juga mempunyai manfaat yang sangat luas, di antaranya adalah meningkatkan prestise dan akuntabilitas lembaga. E-pesantren memungkinkan menciptakan sistem distance education dan virtual school/boarding. Dengan sistem ini jelas bahwa pengelola pesantren tidak lagi perlu direpotkan dengan pengadaan ruang-ruang belajar dan sarana lainnya seperti dalam pesantren tradisional. Ini berarti e-pesantren akan menghemat biaya pengadaan prasarana untuk pembelajaran dan biaya operasional pemeliharaan peralatan dan gedung.
Wal hasil, dengan adanya ICT di pesantren telah diakui sebagai salah satu terobosan untuk meningkatkan SDM santri, ustadz, managemen kelembagaan serta kurikulum pendidikannya. Serta dengan konsep e-pesantren memberikan para santri, ustadz, dan pengelola pesantren untuk mengambil banyak manfaat, di antaranya fleksibilitas program pendidikan, dakwah syiar islam, dan bahan kajian yang dapat dibuat lebih menarik dan berkesan.
Daftar Pustaka:
1. Munir, Dr.,M.IT.”Dampak Teknologi Informa dalam pendidikan”.(http//munir.staf.upi.edu)
2. Arifin, M. (1995) Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Budi Raharjo (2001) Internet dan Pendidikan.
4. Sahal, Mahfud, Dr. KHMA, Pesantren Mencari Makna, Lkis, Yogyakarta
5. Dhofier, Zamakhsyari (1982) Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar